-->

Imaji Terindah: Cerita Novel IKAL



Hai! Bibliofil yang romantis, Suka dengan yang romantis atau lucu?

Pasti! IKAL adalah salah satu cerita yang bisa mengisi hati yang sedang rindu, suatu cerita yang mengambarkan rindu serindunya.

Dan IKAL memiliki cerita yang terkesan unik di hati saya sekaligus sebagai penulisnya!

Dengan IKAL mungkin bisa mengisi harimu sesambil duduk diantara kopi dan snack ringan membuatnya lebih menikmati alur cerita dari cerita ini.

Reysha dan Amel adalah dua Tokoh utama dalam cerita novel ini, yang memiliki cerita romantis dan lucu.

Monggo! Enjoyin saja😁



      Pagi hari Matahari yang mulai terbit dari arah timur melengkapi hari yang penuh dengan warna suasana yang sejuk membangunkan Amel dalam sofa berwarna merah. Ia terbangun dengan senyum manisnya dan menarik tanganya ke atas kepala, ia melepaskan selimut yang berwarna putih ke abu-abuan meringkuk semakin dalam sambil memeluk lututnya.

Suara kicau burung di sebelah jendela yang penuh dengan detail ukiran ia menengok dan perlahan berjalan menuju jendela itu. “Hai! Burung terimakasih untuk pagi ini” Amel dengan senyum dan memegang jendela.
 
“Hari ini kok beda” pikir Amel sambil menyadarkan punggungnya yang terasa kaku. Ia kembali berjalan dengan pelan menuju sofanya rasa lelah yang masih melekatnya sedikit demi sedikit ia mencoba menggerakan seluruh tubuhnya dengan gerakan kecil yang sedikit bisa membantu rasa semangat dipagi hari.

Amel kembali berjalan ke kamar mandi dengan raup wajah yang masih terlihat kaku dan mengikatkan handuk yang berwarna putih ke kepalanya.

Air yang mengalir dari kran sower mulai membasahi tubuh Amel dengan memakai sabun cair aroma mawar membuatnya lebih tampak wangi dan mempesona. Ia mengambil handuk putih yang tergantung disebelah kanan dan membersihkan tubuhnya dengan lembut.

Ia mulai berjalan kembali menuju kekamarnya dan membuka pintu lemarinya ‘kengkrett..!!’ suara lemari yang lirih. Amel pun langsung memakai baju seragam sekolah tidak lupa ia selalu mengingatkan temanya

 “yani! Nanti aku samperin ya?” Ucap Amel dengan memegang smartphonenya. Amel kembali melanjutkan menata wajahnya dengan memake-up natural menyisir rambut ikalnya yang panjangnya di bawah bahu.

“Mel, mel.! Lama amat sih make-upnya!” “Iya bentar yan!” Amel, dengan terburu-buru berjalan menuju halaman rumahnya. Mereka berdua Yani dan Amel akhirnya langsung berangkat menuju sekolahan.

Dengan suara motor yang bertebaran di jalan Amel yang duduk dibelakang Yani tidak lupa selalu membawa tas kecil yang berisi alat make—upnya. Ia mencoba menata kembali agar selalu terlihat nampak mempesona.

Amel tidak ingin hari pertama masuk sekolahnya terlihat seperti siswa yang cupu. Tidak lama kemudian tepat jam 07.00 WIB mereka berdua berjalan lengak—lenggok seperti model menuju kelasnya.

       'Kruk.! Kruk!’ Suara sepatu pantofel terdengar keras sekali. Reysha berjalan menuju kantornya memakai hem berwarna abu—abu dan celana hitam dengan gaya formal Ia duduk dan langsung memegang mouse dan mengerjakan pekerjaanya yang banyak sekali.

Satu jam yang berjalan tidak terasa Reysha mengangkatkan kedua tangannya yang terasa pegal ke atas kepala sejenak Ia pun kembali menurunkan tanganya dan menggerakan jarinya kembali. 

‘Tik..tik..tik’ suara keyboard yang kencang.

Jari yang bergerak menekankan ke tombol qwerty bersama dengan mendengarkan musik kesukaanya, tiba-tiba ada murid kelas Xll Tkj menyapa “selamat pagi pak” “pagi” Reysha, dengan menatap monitor.

       Reysha dengan gaya rambut claasy hair cut memang sering banget di sapa oleh kelas Xll Tkj, dengan ucapan selamat pagi  ia memang terlihat cuek dan pendiam dengan sikapnya, ia kembali fokus mengerjakan pekerjaanya di dampingi dengan kopi hangat kesukaanya.

 Reysha menyukai waktunya untuk hal—hal yang positif atau mengerjakan sesuatu agar produktif dan tidak menyukai keseharian yang pasif. 

Suara Adzan mulai berkumandang lirih menggema merajuk hingga kedalam hatinya Reysha pun bergegas meninggalkan ruang kerjanya berjalan santai menggerakan tangan kanan melipat lengan panjangnya disambut dengan beberapa guru dan siswa yang berjalan di depanya.

Suara teriakan para siswa dengan suara bel tanda istirahat kini semakin tak beraturan ditelinganya ia pun menghembuskan nafas kesalnya.

Ia menggerakan bola matanya kearah tempat wudhu yang ternyata masih padat para siswa yang sedang antri mengambil air wudhu. Reysha memutuskan untuk kembali berjalan menuju tempat duduk yang tidak jauh darinya.

Kaki terlepas dari penat yang terbrongsong sepatu dari pagi hingga saat ini, ia sesambil menunggu tempat wudhu sepi ia menggerakan kaki yang terasa pegal.

Jalan kecil yang hanya berukur satu meter tiba-tiba grombolan siswa Tkj berjalan beramai-ramai melewati Jalan kecil itu,

 “Pak Reysha!” Tanya siswa Kelas Xll Tkj dengan bersamaan. “Iya” Reysha, dengan sikap santai. “Ayoo Pak, imamin kita” “kalian sholat dulu aja!, saya nanti nunggu siswa selesai?”.

Para grombolan siswa Tkj memang tidak semuanya ganjen dan ada juga yang pendiem dengan mendengar jawaban Reysha raut wajah siswa tersebut akhirnya memutuskan kembali berjalan menuju tempat wudhu.

Suara bel tanda pulang terdengar sangat keras Reysha yang terasa lelah pun akhirnya bisa bernafas lega, ia menggerakan cusor mousenya ke arah shutdown dengan rasa lega raut wajahnya mulai sedikit tersenyum tipis.

Ia tertegun sejenak “tinggal ngerjain ini udah selesai” pikir Reysha yang tinggal sedikit menyelesaikan pekerjaannya, kala itu Reysha duduk di kursi roda yang berwarna hitam kursi yang empuk membuatnya tidak ingin meninggalkan ruanganya, sesambil menunggu sepi ia merilekskan tubuhnya sejenak di kursi itu dengan alunan musik yang ia sukai.

Dengan rileks kaki yang terlepas dari sepatu pantofel ia menggerakan kakinya seperti halnya metronom yang mengikuti alur musik 4/4 disambut dengan suara nyayian sendiri sambil menikmati hari yang setelah melewati hari paling penat.

Tiba—tiba suara sepatu terdengar lirih Reysha langsung mengubah posisinya yang tadinya posisi rileks menjadi posisi siap terceluk suara pertanyaan dari dua siswi Tkj.

 “Pak Rey, lagi apa?”  “Lagi santai, kenapa ada apa?” Reysha, dengan cuek dan mata menatap monitor.

”ehm!, boleh minta sesuatu gak pak?” Tanya siswi Tkj. 

“Minta apa emanganya?” Reysha dengan menatap wajah dua siswi Tkj.

 “Ya boleh dulu gak pak?”

“Yah udah boleh, minta apa?”

Pikir Reysha dengan menatap wajah siswi yang dikira meminta sesuatu pertolongan atau menyelesaikan tugasnya ternyata tidak sesuai apa yang dipikirkan, mereka berdua ternyata meminta nomer telepone Reysha.

“Ehmm, minta nomer teleponenya pak?” Ucap Amel yang salah satu dari siswi itu.

“Buat apa ya!” Reysha dengan kaget.

“Yah! Barangkali aku butuh bantuan”
ucap Amel dengan memegang tanganya sendiri.

Amel yang lihai dalam bahasa tubuh bisa membuatnya seorang lelaki bisa bertekuk lutut, namun Reysha adalah lelaki yang cuek yang pertama kali dikenalnya. Amel dan Yani setelah mendapatkan nomer telepone Reysha kembali berjalan perlahan dan mengucapkan terimakasih padanya.

“Yan, kayaknya cuek banget ya!” Tanya Amel dengan serius.
“Iya mel, aku lihat dari raut wajahnya itu cuek tapi cool, hehe” jawab Yani dengan wajah tersenyum.

Reysha yang cuek pun tertegun sampai kaget ada seorang siswi yang mentalnya berani menghampirinya, dengan wajah yang aneh Reysha bergegas untuk pulang kerumah.


        Malam yang di terangi bulan terlihat jelas di jendela kamar Amel, ia mendekati sembari membawa semartphone tidak lupa dengan musik kesukaanya ia merangkul lututnya dengan baju tidur yang ia kenakan. Kala itu Amel, masih ragu untuk mencoba menghubungi Reysha yang baru saja mendapatkan nomer teleponnya.

Ia mencoba mengerakan jarinya untuk menyentuh nomer Reysha, tapi saja ia masih ragu dan menyentuh tombol home. “Di bales gaknya! Kalau aku coba message” pikir Amel yang ragu tidak akan di bales pesannya sama Reysha. “Habisnya orangnya kelihatan cuek banget!” dalam hati Amel yang akhirnya ia memberanikan diri untuk mencoba mengirim pesan.

Amel mencoba mengetik pesan pertanyaan simple kepadanya “malem pak” Amel, dengan ragu untuk memencet tombol kirim. “Haduhh, kok jadi gini sih gue” Pikir Amel. Jari yang sudah dekat dengan tombol kirim pun akhirnya ia pencet dan pesan terkirim. Ia pun masih menunggu balasan dari Reysha karena setelah pesan yang terkirim tidak langsung di balas olehnya.

“Tuh! Kan orang cuek tuh gini pasti balesnya lama” ucap Amel dalam hati dengan raut wajah yang cemberut. Ia kembali meletakan smartphonenya dan mengeraskan volume musik ia kembali duduk sejenak dan melihat bulan yang bersinar di tengah malam.

Sesambil memandang bulan itu Amel mencoba mengambil smartphonenya dengan tangan kanannya sebelum ia menyetuh smartphonenya tiba—tiba nada notifikasi pesan berbunyi sangat keras! Amel pun sangat senang sekali dan membalikan tubuhnya dengan cepat dan membuka pesan tersebut.

“Dasar operator! Aku kira pesan dari dia” ucap Amel dengan wajah kesalnya.
 “Hiiii!! Emang dasar orang cuek” nada Amel dengan teriak.

Ia melempar smartphone ke kamarnya dengan sekaligus ia mengerakan tanganya dan menarik selimut. Ia gelisah sampai tidak bisa tidur bergerak kesana kemari sesambil memegang rambut ikalnya. Ia kembali mengayunkan tangannya ke depan dan belakan dengan menggenggam smartphonenya, nada notifikasi pesan berbunyi sangat keras dengan getar yang membuat Amel tak langsung membuka pesanya.

“Paling ini dari Operator lagi!” Ucap Amel sambil bergerak kesana kemari.

Rasa lelah yang sudah mulai melekat di tubuhnya Amel berhenti sejenak dan duduk didekat jendela yang penuh ukiran. Karna waktu sudah larut malam Amel membuka smartphonenya dan ingin mematikan musiknya.

“Wahh!! Aku dibalessa!!! Sama dia!!!” Ucap Amel dengan gembira dan loncat—loncat tidak jelas.

Rasa senang yang mengampirinya dengan membaca pesan dari Reysha “iya malem juga, ini siapa?” Amel langsung membalas pesan dari Reysha dengan wajah yang tersenyum gembira.

“Besok berangkat jam berapa pak” pesan Amel yang langsung memencet tombol kirim.

Tidak lama kemudian Reysha langsung menjawab pesan tersebut “jam 08:00, ini siapa?” Kala itu Reysha belum mengetahui isi pesan itu dari siapa.

Amel yang memiliki rambut ikal pun tidak langsung memberitahunya ia sengaja membuatnya penasaran dan sengaja tidak membalas pesan tersebut sampai ia tertidur.


Namun ceritanya sampai disini dulu.

Penasaran dengan Cerita Receh Novel IKAL ini?
Tunggu updatetan terbaru di Blog Ini.

www.andrenadri.com
——————————

0 Response to "Imaji Terindah: Cerita Novel IKAL"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel